BERILMU
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (الحديث)
Barang siapa menginginkan dunia, maka ia harus berilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, maka ia harus berilmu. Dan barang siapa menginginkan dunia akhirat, maka ia juga harus berilmu ( Al – Hadits)
Mau jadi apa saja, syaratnya punya ilmu. Sholat, puasa, haji bisa dilakukan dengan baik kalau punya ilmu. Ilmu adalah pelita yang menerangi, cahaya yang mencerahkan. Berkat ilmu, perilaku jadi terbimbing, ucapan jadi berbobot. Seperti bintang ilmu, menunjukkan arah. Arah yang jelas membuat tujuan menjadi jelas. Maka ilmu adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat sekaligus.
Kalau ilmu itu cahaya bagi jiwa, maka kebodohan justru menjadi duri bagi jiwa. Kebodohan merupakan bukti kegersangan jiwa, kehidupan yang sia – sia, umur yang percuma. Kebahagian bermula dari ilmu. Ilmu yang menuntun seseorang menuju kepada kebahagiaan. Sebab, ilmu bisa membedakan baik buruk, mengungkap yang tersembunyi, memperjelas hal – hal yang samar. Hidup tanpa ilmu akan menjemukan. Tak ada perkembangan, tak ada kemajuan. Dulu, kini, dan esok sama saja. Tak ada perubahan yang berarti dalam hidup.
Ilmu lebih utama ketimbang harta. Ilmu menjaga kita, tapi harta malah harus kita jaga. Ilmu tak berat dipikul, tapi harta berat dibawa. Kemana pun pergi, ilmu mengikuti dan menunjuki. Tidak demikian dengan harta. Selain berat, membawa harta juga tidak aman. Kejahatan senantiasa mengintai.
Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab, “ILMU”, si penanya merasa heran. Yang ditanyakan amal, tapi jawaban beliau : ILMU. Menanggapi keheranan orang itu, beliau memberi penjelasan. Bahwa amal tanpa ILMU adalah SESAT.
Ilmu menunjukkan yang hak dan yang batil. Ilmu juga membantu kita menghilangkan rasa gundah, suntuk, dan sedih. Ilmu memberi solusi dan kemudahan. Dan kemudahan adalah salah satu sarana untuk meraih kebahagiaan. Ketika tak ada air, tayamum diperbolehkan. Tak perlu repo – repot mencari air, sebab tahu ada rukhsah (keringanan).
Sangatlah beralasan kalau wahyu pertama yang diterima Nabi SAW itu adalh perintah membaca (iqra’: bacalah). Mengapa membaca? Sebab, membaca adalh gerbang ilmu. Orang berilmu hamper bisa dipastikan seorang kutu buku. Membaca, memiliki banyak manfaat. Membaca dapat menghilangkan perasaan waswas, gundah dan sedih. Membaca dapat membuat hati dan pikiran tercerahkan. Membaca dapat memperluas cakrawala ilmu dan pemahaman. Membaca bisa membuat pikiran lebih tenang, hati lebih terbimbing, dan waktu lebih bermanfaat.
Ilmu melandasi semua hal. Akidah, ibadah, dan muamalah mesti berlandaskan ilmu. Maka sangatlah beralasan kalau islam mewajibkan pemeluknya untuk menuntut ilmu, sebagaimana disebutkan dalam Hadits ;
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اُطْلُبُوا الْعِلْمِ وَلَوْ بِالصِّيْنْ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمْ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ
Artinya : Rasulullah bersabda : Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu iu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H. R. Ibnu Abdil Bar )
Melalui hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar tersebut diatas, agama Islam memerintahkan semua pemeluknya untuk menuntut ilmu pengetahuan walaupun harus berkelana meninggalkan kampong – kampong halaman, karena dengan ilmu pengetahuan itu manusia dapat berkarya, berprestasi dan beribadah dengan sempurna. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, Rasulullah mewajibkan kepada umatnya menuntut ilmu, baik laki – laki maupun perempuan.
Menuntut ilmuiu wajib bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan, karena ilmu sangat dibutuhkan setiap saat, misalnya ilmunya sholat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Dengan ilmu itu manusia akan dapat mengetahui batas – batas mana yang boleh dilakukan atau mana yang tidak boleh dilakukan, baik itu yang berhubungan dengan Allah (حبل من الله), maupun yang berhubungan dengan sesame manusia (حبل من الناس), sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan manusia demi tercapainya kebahagiaan dan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Di dalam menuntut ilmu tidaklah terbatas dengan ilmu yang bersifat duniawi saja tetapi juga tentang ilmu yang bersifat ukhrawi, karena kunci kebahagiaan dan keberhasilan seseorang adalah dengan ilmu, baik dunia maupun akhirat.
(Rangkuman dengan perubahan dari buku aqidah akhlak 3)
Jumat, 08 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar